Sabtu, 24 Agustus 2013

Pertempuran Hati

Oleh: Fransiskus Tri H. & Maria Lalita

Malam sunyi kerdip lilin menemani
Di tempat ini mata nanar sebagai saksi atas
Penantian yang tak pasti

Ku berkaca pada gelap
Tak ada kutemui ronamu
Ku tanya pada hembusan angin malam,
Hanya dingin menjawab sepi

Kemanakah engkau, duhai juwitaku
Hingga waktu membentang terlalu panjang
Akankah jiwaku berkepak tuk lebarkan rengkuhan mencarimu?

Ku pejamkan mata berharap mimpi berbisik padaku
Malam makin sunyi
Dan mimpi tak kunjung muncul
Untuk memberi sebuah arti

Ah, usahlah kau asah mata pisau hatimu
Tuk coba sentuh hatiku
Kujamah lagi engkau, pergilah!
Tak akan lagi kumau engkau!

Namun itu hanya ucapan bibir
Bagaimana dengan hati?
Penggalih memang sialan
Tak pernah sepadan dengan bibir
Dan selalu tersakiti hanya oleh sebuah penantian

Masihkah kau punya hati?
Kau hanya berucap pada nada pongahmu
Tak lagi hati berkeliaran
Yang ada kini adalah ketukan-ketukan kebohongan
Yang kian melilit dan menjerit,
Siap memangsa dan merengkuh jiwa kerdil.
Usang sudah kain hati,
Telah robek oleh sayatan iblis
Tak akan kunanti lagi engkau!

Kau memang tak mengenal rasa
Kau selalu terpacu dalam satu kata; menyakiti!
Apa kau sejenis koruptor?
Hanya bisa mengikis uang, harta, dan tangisan rakyatmu
Dengan hati dan rasa yang kotor?

Bukan! Kaulah yang telah mengikisku
Hingga aku jadi mayat tak bertuan.
Kau telah merogoh jantungku
Hingga aku terkapar dalam sengal.
Sementara kau berpangku pada celotehan sial
Yang kian buatku terpendam dalam kubur waktu

Malam makin larut, dingin menambah sepi
Aku masih menanti.
Tapi, bukankah aku telah berjanji takkan menanti lagi?
Dan bukankah sudah kukatakan, pergilah!

Hatiku oh hatiku
Penggalihku
Rasaku
Jangan lagi menunggu
Dia takkan kembali

-Surakarta, 12 Maret 2013;

Pembuatan via Facebook.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar