Dear Neptunus,
Hai, aku
agen barumu.
Dengan seluruh
imajinasiku, aku percayakan kebebasanku padamu.
Hari ini
aku ingin berbagi rasaku, Nus. Maaf kalau aku menyakiti hatimu, tetapi aku rasa
aku tak lagi membutuhkan radar ini. Aku sudah tahu apa jawaban atas pertanyaan
hatiku. Aku sudah tahu maksud radarku ini. Mungkin, hatiku memang tak akan
pernah berlabuh.
Nus, aku
sangat menyayanginya. Apa yang kurang dari rasaku? Aku capek, Nus. Aku capek
selalu berada di titik yang sama; menunggu. Seseorang tidak selamanya ingin
bertahan di dalam titik yang sama. Aku pun begitu. Tetapi, kenapa aku tetap
tidak berpindah? Mengapa aku masih bertahan pada titik yang selama ini aku
pijak? Aku tak tak tahu apa yang harus aku lakukan. Aku tak akan pernah bisa
bersamanya.
Apakah
waktu yang kugunakan untuk menantinya masih kurang lama? Apakah rinduku yang
tak berbalas masih terhitung jumlahnya? Apakah dia ingin aku mengucapkan rasa
sayang ribuan kali hingga tak terhingga?
Bantu aku
memilih jawaban, Nus. Apa yang harus aku lakukan? Haruskah aku bertahan untuk
menantinya ataukah berhenti di tengah jalan?
Neptunus
yang baik, masih dengan segala imajinasi yang kularungkan menuju lautmu,
sampaikan rasa rinduku padanya, tetapi jangan masukkan tangisku dalam rindu
itu. Aku tak ingin dia tahu bahwa aku sedang menangis, aku hanya ingin dia tahu
bahwa aku merindukannya malam ini. Sangat, sangat, sangat merindukan dan
menyayanginya.
Hibur aku,
Nus.
Ini suratku
yang pertama kali. Sampai jumpa di suratku yang berikutnya.
L
Tidak ada komentar:
Posting Komentar